Kawan-kawan, mari kita bicara tentang berita yang lagi heboh dan bikin kita semua geleng-geleng kepala. Bayangkan, seorang Direktur lembaga hukum seperti Lokataru Foundation, Delpedro Marhaen, tiba-tiba dijemput paksa oleh polisi. Kejadian ini bukan cuma soal penangkapan biasa, tapi ada banyak kejanggalan yang bikin kita harus berpikir kritis.
Berita ini awalnya tersebar luas di Instagram Lokataru Foundation sendiri. Unggahan tersebut menceritakan detail yang cukup bikin miris: Delpedro dijemput pada Senin (1/9) malam sekitar pukul 22.45 WIB menggunakan mobil Suzuki Ertiga berwarna putih. Tapi, tunggu dulu, bagian yang paling penting adalah penjemputan itu diklaim tanpa dasar hukum yang jelas dan tanpa menunjukkan surat perintah. Ini yang jadi pertanyaan besar. Gimana bisa aparat bertindak seperti itu? Apalagi di era digital yang serba transparan ini.
Kenapa Kita Harus Peduli?
Mungkin ada yang berpikir, "Ah, paling cuma masalah hukum biasa." Tapi, mari kita lihat lebih dalam. Penangkapan yang diduga tidak sesuai prosedur ini bukan cuma masalah Delpedro atau Lokataru Foundation, tapi ini adalah ancaman nyata bagi kebebasan sipil dan demokrasi. Ketika seorang aktivis yang vokal dalam isu-isu HAM bisa dijemput paksa tanpa prosedur yang jelas, itu artinya ada alarm merah yang menyala bagi kita semua.
Menurut banyak ahli hukum, setiap penangkapan harus didasarkan pada surat perintah yang sah dan alasan hukum yang kuat. Tanpa itu, tindakan tersebut bisa dianggap sebagai tindakan sewenang-wenang. Lokataru Foundation sendiri memang dikenal sebagai salah satu lembaga yang gigih membela hak-hak sipil dan melawan ketidakadilan. Jadi, penangkapan ini bisa jadi bentuk kriminalisasi untuk membungkam suara-suara kritis.
Fakta dan Analisis Tambahan
Beberapa media nasional seperti CNN Indonesia dan Kompas sudah mencoba mengonfirmasi kabar ini ke pihak Polda Metro Jaya, tapi sampai sekarang belum ada respons resmi. Keheningan dari pihak kepolisian ini justru menambah spekulasi dan kecurigaan. Sebagai anak muda yang melek informasi, kita harus jeli melihat pola seperti ini. Kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah hak fundamental yang dilindungi oleh Konstitusi kita. Jika ada upaya untuk membungkamnya, kita tidak boleh diam.
Kisah dari satu figur ini mengingatkan kita pada pentingnya pengawasan publik terhadap kinerja aparat penegak hukum. Teknologi dan media sosial memberi kita kekuatan untuk menyebarkan informasi dan menuntut akuntabilitas. Jadi, mari kita terus pantau kasus ini dan pastikan Delpedro Marhaen mendapatkan hak-haknya. Jangan biarkan kasus ini hilang begitu saja ditelan berita lain. Karena, kebebasan sipil itu ibarat air, kalau terus-terusan dibendung, suatu saat bisa jebol dan dampaknya akan terasa oleh kita semua.
Sebagai penutup, kasus Delpedro ini adalah pengingat bahwa perjuangan untuk menjaga demokrasi dan hak asasi manusia itu belum selesai. Mari kita terus bersuara, kritis, dan berani membela kebenaran. Jangan sampai kebebasan yang sudah kita nikmati saat ini perlahan terkikis karena kita acuh tak acuh. Bebaskan Delpedro Marhaen!
Comments