Mengabadikan jejak sejarah dan spiritualitas, Masjid Asy-Syuhada berdiri kokoh di Desa Terusan, Maro Sebo Ilir, Batanghari, Jambi. Dari ketinggian, lanskap perkampungan tua berpadu harmonis dengan kemegahan masjid di tepi Sungai Batanghari, menciptakan pemandangan yang memukau.

Masjid Asy-Syuhada bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga saksi bisu perjalanan panjang Kabupaten Batanghari. Dibangun pada tahun 1911, masjid ini dinobatkan sebagai masjid tertua di wilayah tersebut. Keunikan arsitekturnya menjadi daya tarik tersendiri, hasil kolaborasi antara masyarakat setempat dan seorang arsitek berdarah Tiongkok.

Pembangunan Masjid Asy-Syuhada merupakan wujud nyata semangat gotong royong dan keimanan masyarakat Desa Terusan. Dengan swadaya, mereka bahu-membahu mewujudkan impian memiliki tempat ibadah yang representatif. Sentuhan arsitek asal Tiongkok memberikan nuansa unik pada bangunan masjid, memadukan unsur lokal dan oriental.

Lebih dari sekadar bangunan fisik, Masjid Asy-Syuhada menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat Desa Terusan. Di sinilah nilai-nilai keislaman ditanamkan, tradisi dijaga, dan silaturahmi dipererat. Masjid ini menjadi simbol persatuan dan identitas bagi warga setempat.

Keberadaan Masjid Asy-Syuhada mengingatkan kita akan pentingnya keikhlasan dalam beribadah dan beramal. Seperti yang tertulis dalam Al-Quran, Allah tidak menyukai orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya, melainkan mengharapkan ridha-Nya semata. Masjid ini menjadi pengingat untuk selalu beriman kepada Allah dan hari akhir.

Hingga tahun 2024, Masjid Asy-Syuhada terus mengalami pemeliharaan dan perbaikan untuk menjaga kelestariannya. Pemerintah daerah dan masyarakat setempat bekerja sama untuk memastikan masjid ini tetap menjadi kebanggaan dan warisan berharga bagi generasi mendatang. Upaya pelestarian ini juga bertujuan untuk menarik wisatawan religi dan meningkatkan potensi pariwisata di Kabupaten Batanghari.