Pasca banjir yang melanda Kota Bekasi, Jawa Barat, terjadi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), terutama di Kecamatan Pondok Gede. Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe, menekankan pentingnya tindakan cepat dan terkoordinasi untuk menekan penyebaran DBD.
Bobihoe menginstruksikan Dinas Kesehatan Kota Bekasi untuk fokus pada Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di setiap lingkungan dan rumah tangga. Ia juga meminta camat dan lurah berkoordinasi dengan pengurus RW dan RT untuk memantau lokasi yang sulit dijangkau, dengan melibatkan kader Jumantik.
Menurut Bobihoe, mayoritas pasien DBD di RSUD Pondokgede adalah balita dan anak-anak. Ia menginstruksikan Dinas Kesehatan untuk melakukan koordinasi, monitoring, dan evaluasi intensif di berbagai tatanan, termasuk pemukiman, tempat kerja, tempat pengelolaan makanan, sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat umum, dan sarana olahraga.
Perhatian khusus diberikan pada rumah kosong dan tanah kosong yang ditinggalkan pemiliknya, yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti. Bobihoe menegaskan pentingnya kerja sama dari semua pihak, termasuk dinas terkait, kecamatan, kelurahan, tiga pilar, RT/RW, kader PKK, Dasawisma, kader Jumantik, dan tokoh masyarakat.
Selain penanganan DBD, pemerintah daerah juga terus mengelola dan mendistribusikan bantuan kepada masyarakat melalui kecamatan dan kelurahan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi memberikan bantuan kebutuhan dasar, termasuk air mineral dan makanan siap saji kepada warga terdampak banjir.
Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai Jatiasih menyisakan lumpur tebal dan puing-puing sampah. Tumpukan sampah ini menjadi faktor risiko perkembangbiakan nyamuk. Warga sekitar khawatir sampah akan menghambat laju air dan menyebabkan banjir susulan, terutama karena hujan deras masih sering terjadi di wilayah Kabupaten Bogor.
Selain itu, puluhan ton sampah juga tersangkut di bawah jembatan Kemang Pratama, Rawalumbu. Sampah tersebut mayoritas merupakan limbah rumah tangga yang bercampur puing-puing bangunan akibat banjir. Kondisi ini memperburuk potensi penyebaran penyakit dan pencemaran lingkungan.
Dinas Kesehatan dan puskesmas diminta untuk bertindak cepat dalam melakukan langkah antisipasi agar tidak terjadi penambahan kasus DBD. Bobihoe menekankan pentingnya semangat dan keyakinan untuk menyelesaikan masalah DBD secara bersama-sama.
Tim Juru Pemantau Jentik (Jumantik) terus melakukan pemantauan jentik nyamuk Aedes Aegypti di berbagai wilayah. Berdasarkan data BPBD Kota Bekasi, kondisi terkini di seluruh wilayah terdampak banjir sudah nihil genangan air, namun masih tersisa endapan lumpur di beberapa titik.
Pemerintah Kota Bekasi terus berupaya mengatasi dampak banjir dan mencegah penyebaran DBD. Kerja sama dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Comments