Target ambisius pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% pada tahun 2029, yang dicanangkan oleh Presiden terpilih, membutuhkan sinergi kuat antara pemerintah, pelaku industri, dan lembaga legislatif. Kolaborasi ini krusial untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan berkelanjutan, terutama bagi industri padat karya yang memiliki peran signifikan dalam menyerap tenaga kerja.
Industri padat karya, yang mencakup sektor manufaktur, pertanian, perkebunan, perikanan, konstruksi, pengolahan makanan dan minuman, serta tembakau, memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan kontribusi signifikan sektor ini dalam penyerapan tenaga kerja. Namun, tren penurunan serapan tenaga kerja, seperti yang terjadi di industri tekstil, menjadi perhatian serius.
Penutupan PT Sri Rejeki Isman (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, pada 1 Maret 2025, dan PHK terhadap lebih dari 10.000 karyawan, menjadi contoh nyata tantangan yang dihadapi industri padat karya. Hal ini menggarisbawahi pentingnya kebijakan yang melindungi dan mendukung keberlangsungan industri ini, terutama di tengah gelombang PHK.
Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Anetta Komarudin, menekankan perlunya optimalisasi paket kebijakan untuk menjamin keberlangsungan industri padat karya. Stimulus ekonomi berperan penting dalam menjaga daya beli pekerja dan produktivitas industri. Kebijakan yang tidak restriktif juga diperlukan untuk mendukung pertumbuhan sektor ini.
Di sisi lain, lembaga keuangan global seperti Goldman Sachs baru-baru ini menurunkan peringkat saham dan obligasi Indonesia, yang bisa menjadi indikasi tantangan ekonomi yang lebih luas. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menarik investasi, terutama di sektor-sektor yang berpotensi menciptakan lapangan kerja yang luas.
Selain membuka lapangan kerja, industri padat karya juga berperan dalam menekan angka pengangguran. Untuk itu, diperlukan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing industri ini, termasuk melalui peningkatan keterampilan tenaga kerja, adopsi teknologi, dan akses terhadap pembiayaan. Dengan langkah-langkah yang tepat, industri padat karya dapat terus menjadi salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia dan berkontribusi signifikan terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional.
Penting untuk dicatat bahwa keberhasilan mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% bukan hanya tanggung jawab industri padat karya, tetapi juga memerlukan kontribusi dari sektor-sektor lain, serta dukungan dari kebijakan pemerintah yang komprehensif dan terkoordinasi. Investasi dalam infrastruktur, pendidikan, dan inovasi juga krusial untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Comments