Dalam sebuah refleksi mendalam, Prof. Nasaruddin Umar menekankan pentingnya menjaga lisan, terutama di era digital ini. Beliau mengingatkan bahwa di zaman sekarang, komunikasi tidak hanya terjadi melalui ucapan, tetapi juga melalui ketikan jari di media sosial dan platform digital lainnya. Hal ini membawa konsekuensi tersendiri, di mana potensi penyesalan akibat perkataan atau tulisan yang tidak terkontrol menjadi semakin besar.
Prof. Nasaruddin Umar, yang juga dikenal sebagai tokoh agama terkemuka, menyampaikan bahwa diam, dalam artian menahan diri dari perkataan yang tidak bermanfaat, adalah sebuah ibadah yang seringkali terlupakan. Beliau menyoroti bahwa Ramadan adalah momen yang tepat untuk melatih diri dalam hal ini, mengendalikan diri dari berbicara atau menulis hal-hal yang tidak berguna atau bahkan berdosa.
Beliau menjelaskan bahwa perkataan yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai masalah, mulai dari menyakiti perasaan orang lain hingga menjadi penyebab penyesalan di kemudian hari. Terlebih lagi, di era digital, kata-kata yang diketik dan disebarkan dapat menjangkau jutaan orang dalam hitungan detik, sehingga dampaknya bisa sangat besar dan sulit dikendalikan.
Menjaga lisan, menurut Prof. Nasaruddin, bukan hanya tentang menahan diri dari perkataan yang buruk, tetapi juga tentang mengendalikan jemari agar tidak mudah mengetik dan menyebarkan informasi yang tidak perlu. Beliau mengingatkan bahwa menyebarkan aib seseorang melalui tulisan dapat memiliki konsekuensi yang sangat luas dan merugikan.
Lebih lanjut, Prof. Nasaruddin Umar menekankan bahwa dengan membatasi perkataan, menjaga ketenangan, dan hanya berbicara seperlunya, kita akan lebih dihormati oleh orang lain. Sikap ini juga mencerminkan kewibawaan dan kebijaksanaan. Beliau mengajak umat Muslim untuk memaksimalkan momen Ramadan dengan menjaga lisan dari membicarakan hal yang tidak berguna atau berdosa, sehingga dapat lebih fokus dalam menjalankan ibadah dan meningkatkan kualitas diri.
Dalam konteks yang lebih luas, Prof. Nasaruddin Umar mengaitkan pengendalian lisan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Beliau mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa dosa yang paling banyak menyebabkan seseorang masuk neraka adalah dosa lisan. Oleh karena itu, jika kita mampu mengendalikan lisan, kita telah menutup sebagian besar pintu keburukan dan mendekatkan diri pada kebaikan.
Sebagai penutup, Prof. Nasaruddin Umar mengajak umat Muslim untuk merawat kemabruran bulan suci Ramadan dengan mengistirahatkan mulut dari bicara yang tidak ada gunanya. Beliau menekankan bahwa dengan menjaga lisan, kita dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa penyesalan.
Comments