Gelombang serangan udara yang mengakhiri jeda kemanusiaan di Gaza telah memicu eskalasi dramatis dalam konflik Israel-Palestina. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa negosiasi lebih lanjut akan berlangsung di bawah tembakan, menandakan perubahan strategi yang signifikan.

Menurut laporan dari The Guardian, Netanyahu menyatakan bahwa serangan ini hanyalah permulaan dari operasi yang bertujuan menghancurkan Hamas dan membebaskan semua sandera. Menteri Pertahanan Israel lainnya, Israel Katz, menambahkan bahwa aturan permainan telah berubah, mengisyaratkan pendekatan yang lebih agresif.

Militer Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi untuk wilayah utara dan timur Gaza, yang mengindikasikan kemungkinan operasi darat dalam waktu dekat. Serangan dilaporkan menargetkan komandan militer Hamas dan pejabat politik kelompok tersebut.

Otoritas kesehatan Palestina melaporkan ratusan korban jiwa akibat serangan tersebut. Saksi mata menggambarkan pemandangan mengerikan di rumah sakit, dengan pasien tergeletak di lantai dan petugas medis berjuang untuk menangani arus korban yang terus berdatangan.

Pejabat bantuan di Gaza melaporkan bahwa ratusan hingga ribuan orang mulai mengungsi untuk mematuhi perintah evakuasi Israel. Kondisi para pengungsi sangat memprihatinkan, baik secara fisik maupun psikologis.

Serangan dilaporkan terjadi di Gaza utara serta di kota-kota Deir al-Balah dan Khan Younis di bagian tengah. Laporan dari lapangan menyebutkan bahwa serangan udara dan tembakan artileri masih terus berlanjut.

Juru bicara militer Israel, Letkol Nadav Shoshani, menyatakan bahwa serangan ini diluncurkan setelah intelijen menemukan rencana Hamas untuk melakukan serangan baru guna menculik atau membunuh warga sipil atau tentara Israel.

Hamas sendiri menyatakan bahwa pembebasan sandera seharusnya terjadi pada fase kedua yang telah disepakati Israel pada Januari, tetapi Israel sejak itu menolak membahas atau menerapkannya. Fase pertama dari gencatan senjata yang disepakati Januari lalu melibatkan pembebasan 25 sandera Israel yang masih hidup dan pemulangan jenazah delapan sandera lainnya oleh kelompok militan Gaza, dengan imbalan pembebasan sekitar 1.900 tahanan Palestina dari penjara Israel.

Kantor Netanyahu mengeklaim bahwa Hamas menolak proposal dari utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff, untuk memperpanjang jeda pertempuran. Namun, dengan dukungan AS, Israel justru mendorong pertukaran sandera dengan lebih banyak pembebasan tahanan Palestina serta jeda pertempuran selama 30 hingga 60 hari, sesuai dengan proposal Witkoff.

Pejabat Hamas, Taher al-Nunu, mengatakan bahwa komunitas internasional sedang menghadapi ujian moral dan mendesak mereka untuk menegakkan komitmen untuk mengakhiri agresi dan perang terhadap rakyat tak bersalah di Gaza.

Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Bulan ini, Israel memblokir pengiriman bantuan ke Gaza dan memutus pasokan listrik yang tersisa guna menekan Hamas. Kondisi ini semakin memperburuk penderitaan warga sipil yang terjebak dalam konflik.

Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa konflik Israel-Palestina memasuki fase baru yang lebih intens. Dampak kemanusiaan dari eskalasi ini sangat besar, dan komunitas internasional menghadapi tekanan yang meningkat untuk menemukan solusi yang berkelanjutan.