Penjualan rokok di Jakarta Selatan terpantau mengalami sedikit penurunan selama pertengahan bulan Ramadan tahun 2025. Anwar, seorang pemilik toko kelontong di kawasan Kebayoran Baru, mengungkapkan bahwa omzet penjualan rokoknya tidak seramai Ramadan sebelumnya. Ia memperkirakan penurunan sekitar 10%.
Anwar menjelaskan bahwa ia kini lebih berhati-hati dalam menyetok rokok. Hal ini dilakukan untuk menjaga arus kas (cash flow) warungnya tetap stabil. Penurunan ini diduga kuat berkaitan dengan kebiasaan merokok yang berubah selama bulan puasa.
Puasa yang mengharuskan menahan diri dari makan dan minum selama belasan jam, secara tidak langsung juga memengaruhi konsumsi rokok. Anwar mengaku, jika biasanya ia menghabiskan sebungkus rokok sehari, selama Ramadan konsumsinya turun drastis, bahkan tidak sampai setengah bungkus.
Meskipun demikian, Anwar menyadari bahwa kebiasaan merokok setiap orang berbeda-beda. Ia mencontohkan beberapa temannya yang tetap sulit meninggalkan rokok, meskipun sedang berpuasa. Mereka cenderung menahan lapar dan haus, namun tetap menyempatkan diri untuk merokok.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan, tren penurunan konsumsi rokok selama Ramadan memang kerap terjadi. Hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan selama bulan suci, serta upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada nilai-nilai spiritual. Namun, efek penurunan ini bervariasi tergantung wilayah dan kelompok masyarakat.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penurunan konsumsi rokok selama Ramadan dapat menjadi momentum yang baik untuk berhenti merokok secara permanen. Dengan adanya jeda waktu yang cukup panjang setiap hari, perokok memiliki kesempatan untuk mengurangi ketergantungan nikotin dan memulai gaya hidup yang lebih sehat. Brand-brand rokok juga mulai beradaptasi dengan kondisi ini dengan menawarkan promo khusus di luar jam puasa.
Comments